Rabu, 23 November 2011

Autumn Lullaby


Title : Autumn Lullaby
Author : Snail (Sri Damayanti)
Cast : Cho Kyuhyun – Super Junior
Jang Sora (OC)
Minor : Member Super Junior dll.
Lenght : One Shoot
Rate : PG-15
Recommended Song: The Way of Break up by Kyuhyun
If it’s you by Alex
***
From every wound there is a scar
And every scar tells a story
A story that says
You’re my shadow
*** 

“Yak, kau sebut ini kimbap? Apa pantas kau sebut dirimu itu gadis Korea? Yak, ini lebih pantas disebut serpihan bom nasi. Bahkan kucing Heechul hyung saja, si Heebum itu tidak akan sudi memakan makanan hancur seperti ini.” Kyuhyun menatap kotak bekal berwarna hijau di hadapannya dengan mata membulat, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sementara itu So-ra yang duduk tepat di hadapannya meringis pelan, menahan kesal dan malu secara bersamaan. Kesal karena pria dihadapannya itu tidak menghargai usahanya untuk membuat kimbap hancur tersebut. Malu karena ia tidak bisa melakukan sesuatu yang manis dihadapan orang yang dicintainya, suaminya sendiri.
“Jangan banyak bicara, aku tidak butuh komentarmu. Kalau kau tidak mau makan, lebih baik tutup kembali kotak bekal itu.” So-ra mengerutkan bibirnya.
***
Gadis muda itu menatap gundukan tanah yang kini telah tertutup oleh rerumputan kering musim gugur dengan tatapannya yang mengabur, kabur oleh air mata yang tanpa ia sadari terus memaksa keluar. Gadis muda itu memejamkan kedua matanya sambil terisak pelan, membiarkan air mata itu mengalir di kedua belah pipinya, membiarkannya mengalir bersama rasa sakit yang entah sampai kapan harus ia rasakan. Rasa sakit yang amat sangat. Rasa sakit yang muncul tiba-tiba, yang membuatnya selalu merasa sulit untuk bernafas.
“Apa yang kau rasakan Pria Titisan Iblis? Apa kau kedinginan di dalam sana? Apa kau ingin aku memelukmu? Apa kau tahu udara musim gugur ini mulai berubah menjadi dingin? Tak inginkah kau menemani dan mengajariku bermain sepeda seperti yang selalu kita berdua lakukan saat musim gugur tiba?” Suaranya terdengar bergetar pelan. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan perih yang tiba-tiba terasa amat sangat nyata di tenggorokannya.
“Aku ingat musim gugur tahun lalu kita pergi ke sebuah taman, kau bilang padaku bahwa kau akan mengajariku bersepeda di sana. Malam sebelum kita berdua pergi kau menyuruhku untuk menyiapkan Kimbap dan Pindaettok, kau mengatakan padaku bahwa kau akan menolak untuk mengajariku bersepeda jika aku tidak menyiapkan bekal tersebut. Waktu itu aku tidak memiliki pilihan lain selain melakukan apa yang kau minta meskipun saat itu aku merasa amat sangat kesal padamu. Kau tidak tahu bukan kalau aku selalu memiliki pengalaman buruk dengan Kimbap. Aku tidak pandai membuat Kimbap, Pria Titisan Iblis.” Gadis muda itu terdiam sejenak, berusaha untuk tetap menghirup udara dengan normal meskipun kenyataannya ia selalu merasa tidak pernah melakukan semuanya dengan normal setelah pria itu benar-benar pergi darinya.
“ Tapi malam itu, karena kau memintaku membuatkannya untukmu, aku sampai tidak tidur semalaman.  Punggung dan tanganku sangat sakit karena aku harus duduk di dapur semalaman untuk membuat kimbap menyebalkan itu. Dan begitu kita sampai di taman, kau malah dengan seenaknya bilang padaku bahwa kimbap buatanku itu lebih cocok disebut serpihan bom nasi. Apa kau sengaja melakukannya? Bukankah kau lebih menyukai jajangmyeon? Cih kau benar-benar menyebalkan Pria Titisan Iblis.” Gadis muda itu kembali terdiam untuk menghela nafas beratnya. “Bagaimana bisa kau begitu dengan mudahnya meninggalkan aku sendirian seperti ini? Membiarkan aku terluka begitu dalam seperti ini? Terluka sampai aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi.” Ia kembali menangis.
***
“Yak memangnya berapa usiamu sekarang Soie ya? Sungguh memalukan belajar bermain sepeda saat umur dua puluh tahun.” Kyuhyun mencibir sambil menatap So-ra dengan tatapan meremehkan. Dia tersenyum puas saat gadis itu mendelikan matanya, mengembungkan kedua pipinya, sesuatu yang selalu ia lakukan saat kesal.
“Berhenti mengejekku Cho Kyuhyun! Kalau kau tidak ingin mengajariku, katakan saja padaku. Aku bisa meminta Geun-seok oppa untuk mengajariku. Kepalaku pusing dan emosiku terus naik setiap kali aku mendengar ejekan dan ocehanmu itu.” So-ra menjawab dengan nada dingin sambil terus berusaha membuat sepeda yang kini sedang dinaikinya berjalan dengan benar.
“Joha, aku akan mengajarimu sampai kau bisa, lalu sebagai gantinya kau harus memboncengku setiap hari pada musim gugur tahun depan. Arasseo?”
***
“Apa kau tahu? Sekarang aku sudah pandai bermain sepeda, aku bahkan datang ke mari dengan bersepeda. Kau pasti puas melihat seberapa pandai aku saat ini Pria Titisan Iblis.” Untuk kesekian kalinya gadis itu menggigit pelan bibir bawahnya. “Ah aku hampir saja lupa. Dulu kau memintaku untuk memboncengmu setiap hari pada musim gugur jika kau berhasil mengajariku bermain sepeda bukan? Sekarang sedang musim gugur, aku juga sudah pandai bersepeda, bukankah sekarang aku harus mulai memboncengmu?” Sesuatu yang pahit terasa nyata di tenggorokan gadis muda itu, membuatnya sakit bahkan hanya untuk menelan ludah.
***
“Ini sudah jam tiga Kyuhyun ah, bukankah kita sudah sepakat kalau kita akan pergi jam tiga? Kenapa kau malah bermain Starcraft seenaknya seperti ini?” So-ra membulatkan kedua matanya.
“Beri aku waktu sepuluh menit saja Soie ya. Aku harus menyelesaikan level penting Starcraft yang sedang aku mainkan ini. Hanya sepuluh menit saja, tidak akan lebih, aku janji padamu Soie ya.” Kyuhyun menatap PSP hitam miliknya tanpa mengalihkan tatapannya pada wajah So-ra yang kini mulai menggembungkan pipinya, menahan kesal.
***
“Apa kau ingin aku menunggumu di sini? Ah aku mengerti. Starcraft lagi bukan? Level berapa sekarang? Apa kau ingin aku menunggumu sepuluh menit lagi?” Gadis itu tersenyum sekilas, senyum pahit miliknya.
***
“Aish, kenapa kau bisa selambat ini Soie ya, apa yang membuatmu sulit untuk bisa memainkannya dengan benar? Bahkan kau tidak perlu menghabiskan tenagamu untuk memainkannya seperti kau bermain sepeda. Kenapa kau masih sulit untuk memahami apa yang baru saja kuajarkan? Starcraft itu tidak sesulit yang kau bayangkan, ini tidak seperti Matematika yang kau benci itu.” Kyuhyun menatap So-ra dengan wajah putus asa, sementar itu So-ra mencibir pelan.
“Yak, aku sudah katakan padamu bukan bahwa aku tidak tertarik untuk bisa bermain starcraft. Aku ke mari untuk belajar bermain sepeda, bukan untuk bermain game aneh itu.” So-ra menyerahkan PSP milik  Kyuhyun itu padanya. Dia bangkit, meraih sepeda warna biru miliknya yang tergeletak di atas tanah penuh dengan daun kering musim gugur. Lalu dengan hati-hati dia menaikinya, kembali belajar menjalankannya dengan benar.
“Yak apa kau marah? Aish selalu saja seperti itu, emosimu cepat sekali meledak. Kau benar-benar Gadis Tempramen.” Kyuhyun berteriak keras, So-ra mengabaikan ucapan Kyuhyun. “Dengarkan aku Soie ya, mulai sekarang cobalah untuk mencoba sesuatu yang tidak kau sukai. Sampai kapan kau akan membenci teh manis, Matematika, high heels, dress, make up? Kau itu wanita. Jangan bersikap aneh seperti itu, kalau kau seperti itu terus, tidak akan ada pria yang akan menyukaimu, kau hanya akan menjadi Gadis Dengan Segudang Kekurangan.” Kyuhyun kembali meneriakkan kata-kata yang terdengar menggelikan di telinga So-ra.
***
“Apa kau tahu kenapa aku tidak pernah tertarik pada hal yang selalu kau ributkan padaku Pria Titisan  Iblis? Kenapa aku tidak pernah berniat untuk merubah diriku dari sosok Gadis Dengan Segudang Kekurangan? Karena kau selalu membuatku menjadi Gadis Dengan Segudang Kelebihan setiap kali aku berada di dekatmu. Karena ternyata hanya kau yang tidak pernah meributkan hal-hal aneh seperti yang orang lain katakan padaku. Karena ternyata hanya kau yang tidak pernah bosan melihatku muncul di hadapanmu dengan baju, jeans, dan topi yang sama setiap kali kita bertemu. Aku tahu kau hanya ingin membuat orang lain menatapku seperti cara kau menatapku Pria Titisan Iblis, tapi apa kau tahu? Aku tidak pernah berniat membuat mereka paham, aku tidak perduli dengan yang lain.” Gadis muda itu menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum sinis.
***
“Coba kau lihat kata-kata di buku ini Soie ya!” Kyuhyun mengambil sebuah buku tebal dari rak buku milik So-ra dan menyodorkannya pada gadis itu. So-ra menutup novel yang sedang dibacanya, gadis itu menggeser tubuhnya pelan, mendekat pada Kyuhyun untuk melihat dengan jelas barisan kata yang ditunjukkan Kyuhyun padanya. Kening So-ra berkerut.
“Euh? Buku siapa ini? Kenapa buku seperti ini bisa ada di rak buku milikku?” So-ra dengan cepat meraih buku tersebut dari tangan Kyuhyun. Dengan kening yang masih berkerut dia membolak-balikan buku tebal tersebut.
“Yak, bagaimana menurutmu? Apa kata-kata ini terdengar bagus? Aku tidak tahu siapa yang menulisnya, tapi kupikir kata-kata ini tidak terlalu buruk.” Kyuhyun menganggkat bahunya pelan. So-ra kembali menatap buku tebal itu dengan seksama. Matanya ia fokuskan pada coretan tak beraturan di setiap celah kosong lembar pertama buku tebal tersebut.
Apa kau pernah merasakan sesuatu yang aneh pada dirimu tapi kau tidak tahu apa sebenarnya yang sedang kau rasakan itu? Lalu apa kau pernah merasa sangat ingin tahu apa yang sebenarnya sedang kau rasakan itu?
Apa kau pernah merasa dirimu tiba-tiba menjelma menjadi seseorang yang berbeda? Tak lagi menjadi dirimu yang selama ini kau kenal? Seperti ada sesuatu yang lain yang tanpa pernah kau sadari telah menguasai setiap inci dirimu hingga kau tak lagi mampu bertahan hidup tanpanya?
Apa kau pernah membenci dirimu sendiri karena selalu tak mampu untuk mengatakan apa yang seharusnya kau katakan? Apa yang selama hidupmu kau simpan rapat-rapat dalam hatimu? Kata yang  selama ini hanya kau sembunyikan dan hanya kau bagi dengan Tuhan saja? Kata yang terkadang membuatmu tersenyum atau bahkan menghabiskan sepanjang malam dengan tangisan? Kata yang kadang selalu kau rasa telah membuatmu menjadi seorang pengecut karena kau selalu menyimpannya.
Apa kau pernah lupa bagaimana caranya bernafas hingga kau merasa bahwa malaikat maut akan datang membawamu pergi dari dunia ini? Apa kau pernah merasa begitu lelah mengontrol detak jantungmu agar ia kembali berdetak normal? Atau apa kau pernah merasa entah bagaimana pipimu terasa hangat?
Apa kau pernah merasa amat sangat takut kehilangan sesuatu mengalahkan ketakutanmu terhadap kematian yang selalu mengikutimu setiap saat? Atau apa kau pernah merasa amat sangat cemas terhadap seseorang melebihi kecemasan terhadap perasaanmu sendiri?
“Aku rasa kata-kata ini sangat aneh Kyuhyun ah. Terlalu….Hmmm bagaimana aku mengatakannya? Terlalu ‘manis’, jelas buku dengan kata-kata seperti ini tidak cocok untuk kita berdua.” So-ra mengangkat bahunya pelan, dia meletakkan buku tebal tersebut di atas meja belajarnya. Lalu dengan sikap santai dia kembali sibuk dengan novel yang sedang dibacanya. Kyuhyun mencibir sikap tak peduli So-ra, dengan kesal dia meraih kacamata yang sedang dikenakan oleh istrinya tersebut.
“Yak kembalikan kacamataku Cho Kyuhyun!”
***
“Apa kau tahu bahwa saat kita berada di kamarku dulu, aku ingin sekali tertawa keras, menertawakanmu Pria Titisan Iblis. Menertawakan tingkah konyolmu dengan kata-kata ‘aneh’ itu, aku tahu kau yang menulisnya. Apa kau lupa bahwa kita sudah menikah selama satu tahun? Dengan waktu selama itu tentu saja tidak sulit bagiku mengetahui bagaimana tulisan tanganmu. Saat itu aku ingin tertawa keras.” Gadis muda itu tergelak pelan lalu kembali menggigit bibir bawahnya pelan.
“Pria Titisan Iblis, aku pernah merasakan semua hal itu. Aku pernah merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada diriku hingga aku begitu ingin tahu apa yang sebenarnya aku rasakan, dan akhirnya aku tahu bahwa aku mencintaimu. Aku pernah merasakan bahwa diriku tak lagi menjelma seperti diriku selama ini, aku merasa sesuatu yang tanpa aku sadari telah menguasai setiap inci hidupku hingga tanpanya aku tak lagi merasa hidup, dan akhirnya aku tahu bahwa kau telah menguasai hidupku. Aku pernah merasa amat sangat membenci diriku sendiri karena selalu tak mampu mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan dan hanya bisa menyimpannya rapat-rapat, bahwa sebenarnya aku mengagumimu.” Gadis muda itu berusaha mengucapkan setiap kata dengan nada normal di tengah isakan yang semakin terdengar keras. Dia tahu bahwa tak mungkin baginya untuk menahan rasa sakit itu terlalu lama. Gadis muda itu tahu bahwa ia tidak sekuat itu.
“Aku pernah lupa bagaimana caranya bernafas. Apa kau tahu bagaimana rasanya? Amat sangat tersiksa hingga aku merasa seperti akan mati. Aku pernah merasakannya saat kau berada di dekatku. Aku pernah merasa takut kehilangan sesuatu melebihi rasa takutku pada kematian, takut jika suatu saat aku kehilanganmu. Amat sangat takut. Seperti saat ini.” Gadis muda itu kini terduduk lemas di depan gundukan tanah tersebut. Dia membekap mulutnya, berusaha membuat suaranya tak terdengar,  berusaha menahan rasa sakit yang amat sangat nyata di dadanya.
***
“Soie ya, apa kau tidak pernah memikirkan imagemu di depan orang-orang?” Kyuhyun menatap So-ra dengan tatapan kesal. Sumpit berisi ramyeon milik So-ra mengapung di udara, gadis itu menatap Kyuhyun dengan kening berkerut, lalu detik berikutnya tangannya dengan cepat menyuapkan ramyeon tersebut ke dalam mulutnya.
“Museun sori ya?[1]” So-ra menjawab sambil tak berhenti menyuapkanramyeon ke dalam mulutnya. Kyuhyun yang duduk di hadapannya menatap gadis itu dengan jengah. Dia meletakan sumpit dalam genggamannya ke dalam panci berisiramyeon miliknya sambil berdecak kesal.
“Kau ini adalah seorang gadis yang sudah memiliki seorang suami, lalu kenapa kau seenaknya saja berkencan dengan G-Dragon? Bagaimana jika orang-orang mengetahiunya? Fans G-Dragon pasti akan mengutukmu. Apa kau tidak takut mendapat image buruk? Mana bisa seorang gadis yang sudah bersuami berkencan dengan pria lain seenaknya saja.” Kyuhyun kembali berkata dengan nada dingin  dan kesal. So-ra membulatkan kedua matanya.
“Mwo? Yak memangnya siapa yang berkencan dengannya? Aku pergi dengannya tak lebih dari empat kali, itu pun dua pertemuan pertamanya kami tidak sengaja bertemu.” So-ra meninggikan suaranya sedikit, matanya membulat, menatap Kyuhyun dengan kesal.
“Mwo? Kau pergi dengannya lebih dari empat kali dan kau bilang kalian berdua tidak pergi untuk kencan? Cih kau lucu sekali, lalu bagaimana bisa dia menjemputmu saat kau kembali dari kegiatan kampusmu beberapa bulan lalu hah? Lalu berita yang tersebar kemarin, setelah pemberitaan mariyuana G-Dragon? Meskipun para reporter itu hanya berhasil memotret bagian belakang tubuhmu, aku tahu itu kau Soie ya.” Kyuhyun pun menaikan nada suaranya. So-ra menghembuskan nafas.
“Sebenarnya aku tidak ingin menjelaskan ini padamu Pria Titisan Iblis karena aku tahu ini tidak penting untukmu. Aku menerima tawaran Ji-yong oppa untuk menjemputku karena tidak ada seorang pun yang bisa menjemputku saat itu, termasuk suami tercintaku. Kau sibuk dengan 5jib-mu, dan aku paham dengan itu. Lalu setelah itu aku setuju untuk pergi bersamanya ke restoran milik Se7en oppa karena hari itu Ji-yong oppa berulang tahun. Aku tidak mungkin menolaknya. Dan tentang pemberitaan tersebut, itu memang benar aku. Aku yang memintanya untuk datang. Aku hanya ingin tahu tentang kejadian yang sebenarnya, aku tidak percaya dengan semua pemberitaan media yang menyudutkannya.” So-ra memelankan suaranya saat mengucapkan kata-kata terakhirnya. Kyuhyun terdiam.
“Tetap saja, kau tidak boleh hanya berdua seperti itu. Semua orang akan mengira bahwa kalian berdua adalah pasangan kekasih. Imagemu sebagai seorang istri akan rusak di depan semua orang.” Kyuhyun menyuapkan kimchi ke dalam mulutnya. Berusaha membuat So-ra tak melihat apa yang sebenarnya dia rasakan.
“Image? Image apa yang kau maksudkan Cho Kyuhyun? Kau ini bodoh atau apa? Tidak akan ada yang perduli dengan semua itu. Tidak ada orang yang tahu kalau aku ini sudah bersuami. Ara?” So-ra menjawab dengan kesal. Kyuhyun mencibir.
“Yak jadi kau menikmatinya? Kau menggunakan kesempatan itu untuk bisa bebas berkencan dengannya?” Suara Kyuhyun meninggi, dia menatap So-ra dengan mata membulat.
“Mwo? Aku menggunakan kesempatan untuk bisa bebas berkencan dengan Ji-yong oppa? Yak aku tidak seburuk itu Pria Titisan Iblis! Lalu bagaimana denganmu hah? Kau juga selalu menempel pada Victoria eonni.” So-ra berteriak marah.
“Yak kenapa kau tiba-tiba menyebut namanya? Sudah berapa kali aku katakan padamu bahwa hubunganku dengannya tidak seperti apa yang kau pikirkan. Aku hanya bersahabat dengannya.” Kyuhyun menjawab dengan nada putus asa dan kesal.
“Itu yang juga ingin aku katakan padamu Cho Kyuhyun. Aku dan Ji-yong oppajuga hanya bersahabat. “ So-ra menjawab kesal.
***
“Aku rindu memperdebatkan hal konyol denganmu Pria Titisan Iblis. Aku rindu mendengar suara bernada jengah milikmu dan suara bernada marah milikku saat kita berdua meributkan masalah hubunganmu dengan Victoria eonni. Aku rindu saat-saat seperti itu. Aku sangat merindukannya, karena pada akhirnya kau akan selalu mengatakan hal-hal manis padaku. Sesuatu yang jarang sekali bisa aku dengan dari mulutmu.” Gadis muda itu tersenyum sambil menatap gundukan tanah di hadapannya.
“Bisakah aku mendengar suaramu sekali lagi?”
***
Aphado amuricho aneunchok
Nunmuri heullodo gamchuneunbop
Maeumhan jjok geudose namgyonoko amuil eopdaneundeushi utneun bop
Heojineun bangbop
“Yak mwohaneun geoya?[3] Tidak bisakah kau tenang sedikit Kyuhyun ah? Apa kau tidak lihat kalau saat ini aku sedang menghapal dialog untuk ujian mata kuliah Drama?” So-ra menatap Kyuhyun dengan tatapan kesal dan marah. Gadis itu sejenak mengalihkan perhatiannya dari script drama yang sudah menyita perhatiannya selama satu jam terakhir. Kyuhyun menatap wajah So-ra lekat, membuat gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali, heran dengan apa yang dilakukan oleh suaminya.
“Yak wae irae? Neo jinjja isanghae jigeum[4].” So-ra melipat-lipat script drama miliknya.
“Cih, ternyata apa yang diceritakan oleh Yesung hyung itu tidak benar.” Kyuhyun mengerutkan bibirnya sambil menjauhkan tubuhnya dari So-ra.
“Yak memangnya apa yang Yesung oppa ceritakan padamu Kyuhyun ah?” So-ra kembali menatap Kyuhyun dengan kening berkerut.
“Yesung hyung bercerita padaku bahwa kau selalu menangis jika mendengar aku menyanyikan lagu ballad. Ah tapi rupanya Yesung hyung berbohong padaku. Seharusnya aku memang tidak mempercayai ucapannya sejak awal. Cih, benar-benar memalukan.” Kyuhyun terkekeh meyadari kebodohannya. So-ra terdiam kaku di sampingnya.
***
“Aku tahu ini mungkin terdengar berlebihan untukmu. Orang-orang pasti tidak akan percaya jika mendengarnya. Tapi, itu benar-benar terjadi Pria Titisan Iblis, bahwa aku selalu menangis setiap kali aku mendengar kau menyanyikan lagu ballad. Jangan tertawa puas seperti itu! Kau hanya beruntung karena suaramu bagus, tidak lebih.” Gadis muda itu memasang wajah sinis. “Aish seharusnya aku tidak mengatakan hal seperti ini. Aku hanya akan membuatmu merasa semakin besar kepala. Cih aku bodoh sekali.” Dia kembali berguman. “Ah tunggu dulu, aku tidak pernah bercerita tentang hal itu pada Yesung oppa, bagaimana mungkin dia mengetahuinya?” Sang gadis terdiam sejenak. “Ah tentu saja dari Je-young, aku bercerita padanya.”
***
“Aku tahu aku bukan malaikat seperti Leeteuk hyung. Tidak seunik Heechulhyung yang selalu membuatmu tersenyum, tidak seperti Hankyung hyung yang selalu kau kagumi. Tidak memiliki sisi misterius seperti Yesung hyung, tidak sekuat Kanginhyung, tidak seberani Shindong hyung yang dengan gagah melamar Nari. Tidak memiliki banyak talenta seperti Sungmin hyung, tidak berkharisma dan pintar menari seperti Eunhyuk hyung, tidak seromantis Dongahe hyung, tidak sesempurna Siwonhyung, tidak memiliki senyum menawan seperti Kibum hyung, tidak pandai memasak dan lugu seperti Ryeowook hyung. Tidak memiliki sedikitpun kriteria yang kau inginkan dari seorang pria. Tapi  percayalah padaku, yang kau butuhkan nanti hanyalah aku. Seratus tahun yang akan datang, bumi ini  pasti akan berubah. Mungkin saja alien atau makhluk angkasa akan menyerang bumi. Atau bisa saja bukan beberapa tahun yang akan datang Perang Saudara dengan Korea Utara akan terjadi lagi? Dan jika hal itu terjadi, maka yang paling akan kau butuhkan adalah aku.” Kyuhyun tersenyum lebar sambil menatap wajah So-ra. So-ra mengerutkan keningnya mendengar ucapan Kyuhyun.
“Yak apa maksud ucapanmu itu Cho Kyuhyun? Kenapa aku ‘harus’ membutuhkanmu?” So-ra menatap Kyuhyun dengan tatapan meremehkan.
“Tentu saja karena aku ahli di bidang strategi perang. Aku selalu memenangkan peperangan setiap kali bermain Starcraft.” Kyuhyun terkekeh pelan sambil menepuk dadanya, membanggakan dirinya sendiri.
“Mwo? Yak kau pikir hal seperti itu bisa kau banggakan Kyuhyun ah? Memangnya kau pikir seratus tahun yang akan datang kita masih bisa hidup? Dan hentikan gurauanmu itu Kyuhyun ah! Sungguh tidak sopan menjadikan perang mengerikan itu sebagai bahan lelucon.” So-ra memukul kepala Kyuhyun, pria itu meringis menahan sakit.
***
“Pria Titisan Iblis, kau benar mengenai satu hal. Bahwa seratus tahun ke depan yang aku butuhkan adalah dirimu. Tapi, kau juga salah mengenai satu hal. Aku bukan hanya membutuhkanmu seratus tahun yang akan datang, tapi aku membutuhkanmu sejak awal, setiap saat, selamanya.” Gadis muda itu mengusap kembali air matanya.
“Jadi, bisakah kau kembali padaku sekarang? Ini sudah lebih dari sepeuluh menit Kyuhyun ah.”
***
So-ra menatap sosok pria yang sedang terbaring kaku itu dengan tatapan kosong miliknya. Pelan pandangannya mengabur oleh air mata yang terus menolak berhenti mengalir. Gadis itu tak mampu berkata apa-apa, hanya menatap sosok pria yang sedang terbaring kaku itu dari kejauhan, tak berani mendekat sedikitpun. Bersembunyi dari tatapan semua orang. So-ra menggigit bibir bawahnya, menahan sakit yang terasa amat sangat nyata di dadanya.
Dari jauh dilihatnya sosok ibu mertuanya yang sejak beberapa jam terakhir tak berhenti menangis, sama seperti dirinya. Ah-ra, putri tertua keluarga Cho memeluk tubuh ibunya dengan erat, berusaha menenangkan ibunya. Dialihkannya tatapannya pada sosok keempat belas pria muda yang sedang berdiri di samping keluarga Cho, berdiri di hadapan sosok yang sedang terbaring kaku itu. Leeteuk yang baru saja menjalankan wajib militernya tak berhenti mengusap air matanya yang terus mengalir, member yang lainnya tertunduk dalam, gurat kesedihan terlihat jelas di wajah mereka. Hankyung merangkul pundak Heechul, berusaha saling menguatkan satu sama lain. Air mata So-ra semakin mengalir deras di pipinya.
Aku ingin berada di sana Kyuhyun ah, tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku harus tetap bersembunyi di sini. Bersembunyi dalam kegelapan ini. Bersembunyi dari orang-orang agar mereka tidak pernah tahu siapa aku yang sebenarnya. Tidak, aku tidak pernah menyesal karena harus selalu bersembunyi. Aku tidak pernah menyesal karena harus terus berada dalam kegelapan yang kau ciptakan untukku. Aku tidak pernah menyesal karena harus berpura-pura. Aku tidak pernah menyesali semua itu. Tidak pernah, karena aku tahu kau melakukan semuanya untukku. Untuk melindungiku. Untuk kebahagiaanku. Karena kau mencintaiku.
***
“Aku tahu ini berat untukmu So-ra ya, aku paham itu. Kami semua merasakan apa yang saat ini kau rasakan.” Leeteuk berkata dengan lembut, dia berusaha sekuat tenaga untuk mencegah airmatanya agar tidak tumpah di hadapan So-ra. Semua member tertunduk dalam, mereka semua terdiam kaku, tidak tahu apa yang harus mereka katakan untuk menghibur So-ra karena mereka tahu bahwa semakin mereka berusaha menghibur gadis itu, maka semakin sakit rasa itu bersemayam dalam dada mereka, karena apa yang So-ra rasakan adalah apa yang saat ini mereka semua rasakan juga. So-ra terduduk lemas di depan sosok pria yang kini terbaring kaku di hadapannya. Ruangan itu sunyi.
“Uri Kyuhyunnie memang selalu tidak sopan dan terkadang berbuat hal yang konyol, tapi dia pria yang baik So-ra ya, kau tidak perlu menghawatirkannya.” Heechul menarik So-ra ke dalam pelukannya. Gadis itu kemudian terisak keras di dada Heechul, melepaskan semua rasa sakit yang sejak tadi ia simpan sendiri.
“Kenapa Pria Titisan Iblis itu melakukan semua ini padaku ahjusshi? Apa dia tidak bisa melihat setiap  kata yang tertulis jelas di kedua mataku setiap kali mata kami bertemu? Aku mencintainya ahjusshi. Amat sangat mencintainnya.” So-ra terisak. Geun-seok berlutut menghampiri So-ra, mengusap lembut rambut adik kandungnya tersebut, air mata menetes pelan di sudut matanya. Member yang lainnya pun ikut meneteskan air mata. Semua ini jelas terlalu berat untuk
mereka, terutama So-ra.
***
”Kondisi So-ra masih belum sepenuhnya membaik. Tubuhnya semakin kurus. Dia selalu menolak setiap makanan yang aku buatkan untuknya.” Suara nyonya Kim terdengar bergetar pelan, mata teduh wanita itu tertunduk, menghindari tatapan keluarga Cho yang saat ini berada di hadapannya. Duduk di dalam ruang tamu keluarga Jang. Semua orang menghembuskan nafas mereka.
“Maafkan kami. Karena Kyuhyun lah So-ra menjadi seperti ini. Kami benar-benar minta maaf.” Suara Tuan Cho yang terdengar pelan dan berat memecah kesunyian. Sementar itu ibu Kyuhyun mulai menangis, Ah-ra meremas tangan ibunya dengan kuat. Menenangkannya.
“Animnida. Kyuhyun tidak bersalah sedikitpun. Semua ini sudah menjadi takdir. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jangan salahkan Kyuhyun, saboin[5].” Tuan Jang menjawab dengan cepat. Geun-seok mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit rumahnya. Mencegah air matanya supaya tidak  mengalir.
“Suamiku benar, Kyuhyun tidak bersalah sedikitpun. So-ra hanya terlalu mencintainya, karena itulah dia sangat sulit menerima kenyataan ini. Meskipun awalnya aku tidak pernah membayangkan bahwa pernikahan mereka akan berhasil, bahwa akhirnya So-ra akan sedemikian dalam mencintai Kyuhyun.” Air mata Nyonya Kim mengalir pelan di pipinya.
“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Kami tidak tega melihat keadaan menantu kami.” Kali ini istri Tuan Cho, ibu Kyuhyun dengan suara bergetar bertanya di sela-sela tangisannya.
“Kami pun tidak tahu apa yang seharusnya kami lakukan. Kami benar-benar tidak tahu.” Seketika itu juga tangisan Nyonya Kim pecah. Wanita itu terisak di dalam pelukan Geun-seok.
***
Kyuhyun membuka kedua matanya, nafasnya berburu cepat. Dia menatap langit-langit kamar berwarna putih yang dikenalnya. Pria itu bangkit dari tidurnya, menyibakkan selimut berwarna ungu yang membungkus rapat sebagian tubuhnya. Dia menatap kamar mungil milik istrinya tersebut dengan nafas yang masih memburu. Pelan dia mengusap keringat dingin yang membanjiri keningnya. Sejenak dia menghirup nafas dalam-dalam, mengusir semua rasa takut yang sempat menghampirinya.
Dengan cepat dia beranjak dari tempat tidur itu saat dia sadar bahwa sosok yang ingin dilihatnya tak dapat ia temukan di dalam kamar mungil tersebut. Kyuhyun menuruni tangga dengan cepat, berjalan dengan langkah cepat ke arah sebuah suara yang tertangkap oleh telinganya.
Kyuhyun menghembuskan nafas lega saat sosok yang dicarinya itu kini sedang berdiri membelakanginya. Sibuk dengan piring-piring kotor dan busa di kedua tangannya. Dengan cepat Kyuhyun menghampirinya. Memeluk sosok itu.
“Yak mwohaneun geoya? Lepaskan kedua tanganmu itu dari pinggangku Cho Kyuhyun! Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk mencuci piring-piring kotor ini?” Suara So-ra meninggi. Gadis itu berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya.
“Aku bermimpi. Mimpi buruk.” Suara Kyuhyun terdengar pelan. Pelukannya semakin erat, kini pria itu memejamkan kedua matanya.
“Kkum? Museun kkum? Museowoyo? [6]” So-ra mengerutkan keningnya.
“Ne, jeongmal museowoyo.[7]” Kyuhyun menjawab dengan suara pelan yang sama.
“Jangan katakan padaku bahwa kau memelukku karena kau masih merasa takut dengan mimpimu itu Cho Kyuhyun? Aish memangnya seperti apa mimpimu itu? Jangan-jangan kau melihat monster sayuran hijau memaksamu untuk memakan mereka.” So-ra mecibir.
“Kau benar, aku memelukmu karena aku merasa takut dengan mimpiku. Aku takut harus meninggalakanmu seperti di dalam mimpi mengerikan itu.” So-ra ingin tertawa keras, tapi detak jantung Kyuhyun yang memburu dengan detakan tak normal serta hembusan nafas beratnya di telinga So-ra membuat gadis itu mengurungkan niatnya, So-ra terdiam.
“Aku meninggalkanmu sendirian. Aku membuatmu amat sangat terluka. Aku membuatmu menderita. Aku membuat segalanya menjadi memburuk.” Kyuhyun berkata dengan pelan. “Aku membuat semuanya menjadi kacau Soie ya.”
“Apa itu artinya kau amat sangat takut membuatku terluka Kyuhyun ah? Apa saat ini kau sedang mencoba mengatakan padaku bahwa kau tidak ingin beranjak dari sisiku?” So-ra bertanya dengan pelan, ucapannya terdengar ragu, bahkan untuk dirinya sendiri.
“Tentu saja aku sangat takut Soie ya.” Kyuhyun menjawab dengan cepat. Detik itu juga So-ra tertunduk, pipinya menghangat. Gadis itu tersenyum sekilas.
“Bagaimana mungkin aku tidak takut? Jika aku meninggalkanmu, kau akan sangat terluka, jika sudah begitu maka orang tua kita lah yang akan menderita. Lagipula aku tidak ingin semua orang menyalahkanku. Aku juga tidak ingin membuatmu terluka sampai seperti itu Soie ya.” Ucapan Kyuhyun berhasil membuat So-ra membalikan badannya, menghadapkan wajahnya di depan wajah Kyuhyun. Mata mereka bertemu, So-ra menatap Kyuhyun dengan sorot mata tak percaya.
“Mworagoya?[8] Aku terluka katamu?” So-ra membulatkan kedua mata sipitnya.
“Kau terluka. Amat sangat terluka, kau terus menangisiku setiap saat. Kau benar-benar seperti mayat hidup Soie ya. Aish aku tidak menyangka jika kau benar-benar mencintaiku sedalam itu.Aigoo aku sangat tersanjung.” Kyuhyun menggelegkan kepalanya sambil mengusa pelan dadanya, membanggakan dirinya.
“Mwo? Aish kau terlalu percaya diri Pria Titisan Iblis! Aku tidak akan bersikap lemah seperti itu.” So-ra berteriak keras.
“Jeongmalyo? Lalu kenapa kau bisa semenyedihkan itu di dalam mimpiku?” Kyuhyun memamerkan evil smirk miliknya.
“Yak neo paboya? Tentu saja karena itu hanya mimpi. Jika kau meninggalkanku, aku hanya perlu kembali pada Ji-yong oppa. Dia selalu mengatakan akan menungguku. Mudah bukan?” So-ra tersenyum lebar. Kyuhyun mencubit hidung So-ra dengan keras, membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
“Lupakan ide bodohmu untuk kembali padanya Soie ya! Aku tidak akan mati dan meninggalkanmu semudah itu. Aku akan tetap hidup sampai kau akhirnya menghilang dari dunia ini,arasseo?” Kyuhyun mendelik.
“Mwo? Yak jadi kau berharap aku segera mati Pria Titisan Iblis?” So-ra berteriak keras.
“Aniya, bukan itu maksudku Gadis Tempramen. Aish kenapa kau selalu seperti ini setiap kali aku berusaha bersikap romantis padamu?” Kyuhyun menatap So-ra dengan tatapan putus asa. Pria tampan itu menundukkan kepalanya. So-ra membuka mulutnya lebar-lebar, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Bersikap romantis? Aigoo telingaku sakit mendengarnya Kyuhyun ah. Hyo-rin eonni benar tentang satu hal, kau memang perlu berguru pada Donghae oppa.”
“Berguru pada Donghae hyung? Shirheo. Aku tidak ingin menjadi seorang Casanova Soie ya.” Kyuhyun menatap So-ra dengan kesal, “Sudahlah, cepat selesaikan pekerjaanmu itu. Cuci kembali priring-piring kotor itu, lalu setelah itu buatkan aku sarapan. Aku lapar sekali.” Kyuhyun menjauhkan tubuhnya dari tubuh So-ra, dia duduk di pantry dapur rumah mereka.
“Yak seenaknya saja kau memerintahku, kau pikir dirimu itu seorang Raja hah? Aku tidak mau melakukannya.” So-ra membelakangi Kyuhyun, kembali sibuk dengan piring-piring kotor yang sempat diabaikannya beberapa saat lalu.
“Yak apa kau tidak paham juga? Aku harus tetap hidup agar kau tidak menderita Soie ya. Kau tidak ingin aku sakit lalu tiba-tiba meninggal bukan?” Kyuhyun kembali mendekati So-ra dan memeluk gadis itu dengan erat. So-ra terdiam kaku.
“Yeobo, nan jinjja baegopha. Bap juseyo.[9]” Kyuhyun berbisik dengan suara manja di telinga So-ra.
“Aish dasar menyebalkan, apa kau pikir aegyo menggelikanmu itu akan bekerja padaku? Teruslah bermimpi Cho Kyuhyun!” So-ra menjitak kepala Kyuhyun. Pria itu mengaduh kesakitan.
“Yak seharusnya kau hargai sedikit usahaku itu Soie ya! Ini pertama kalinya aku melakukanaegyo. Lagipula semua ini salahmu. Aku mendapat mimpi buruk itu karenamu Soie ya.” Kyuhyun menggerutu kesal.
“Mwo? Kau bilang kau mendapat mimpi buruk karena aku?”
“Keureomyeon[10], memangnya karena siapa lagi? Bukankah semalam kau menyanyi untukku? Kalau bukan karena suara mengerikanmu itu, lalu karena apa lagi hah?” Kyuhyun menjawab dengan nada ketus.
“Mwo? Yak memangnya siapa yang memaksaku untuk menyanyi hah? Sudah tahu suaraku tidak bagus, kau tetap saja memaksaku. Kalau kau ingin seseorang menyanyikan lullaby untukmu, pergilah pada My Lovely Dongsaeng-mu itu! Bukankah dia seorang penyanyi? Sudah pasti suaranya bagus.” So-ra berteriak keras, lalu masih dengan wajah kesal ia kembali mencuci piring. Kyuhyun tersenyum sekilas, dia menghembuskan nafas lega entah untuk apa. Lalu untuk kesekian kalinya dia kembali memeluk tubuh So-ra.
So-ra baru saja ingin berteriak marah, tapi Kyuhyun dengan cepat berkata, “Diamlah, aku hanya ingin memastikan aku benar-benar sudah terbangun.” So-ra terdiam kaku, gadis itu menghembuskan nafas pelan. Ia memejamkan kedua matanya, merasakan detak jantung Kyuhyun yang kini terdengar normal,  merasakan hembusan nafas hangat Kyuhyun di telinganya. So-ra tersenyum sekilas, lalu berkata dengan suara yang sekuat tenaga ia usahakan terdengar normal, “keurae arasseo.” Kyuhyun tersenyum puas.
“Keundae Kyuhyun ah, kenapa di mimpimu itu kau bisa mati? Apa seseorang membunuhmu? Apa karena kecelakaan? Atau ada SparKyu yang mengetahui pernikahan kita lalu karena dia kecewa, dia akhirnya memutuskan untuk membunuhmu?” So-ra bertanya pelan dengan rasa penasaran yang dalam.
“Pabo! Tentu saja SparKyu tidak seperti itu Soie ya, mereka amat sangat memujaku. Aku tidak tahu. Tidak jelas kenapa aku bisa mati seperti itu.” Kyuhyun menjawab polos. So-ra mendengus.
“Mwo? Yak mimpimu itu sungguh tidak kreatif sekali. Seharusnya mimpi itu jelas urutannya agar orang-orang yang mendengar ceritamu tidak kebingungan sepertiku.” So-ra mencibir.
“Yak Jang So-ra, memangnya kau pikir mimpi itu bisa kita atur sepert halnya kita membuat cerita? Bodoh sekali! Apa kau belum pernah bermimpi sebelumnya?” Kyuhyun menjawab dengan berteriak.
“Tidak perlu berteriak seperti itu di telingaku Cho Kyuhyun, aku masih bisa mendengar dengan baik.” So-ra membalikan badannya, mendelik dengan tatapan marah pada Kyuhyun. Kyuhyun terkekeh pelan.
“Keurae arasseo, mianhae. Sekarang diamlah.” Kyuhyun membalikan tubuh So-ra dan kembali memeluknya dengan erat.
Kyuhyun tersenyum sekilas, menyadari bahwa bukan saja So-ra yang akan terlihat menyedihkan saat mereka harus berpisah, tapi dirinya pun akan merasakan hal yang sama. Merasakan sakit seperti apa yang ia lihat dalam mimpinya. Merasakan kekosongan yang amat sangat nyata. Terluka, sendiri, tidak mampu melakukan apapun, dan dengan perlahan mati.
Kyuhyun kini paham bahwa dia membutuhkan Gadis Tempramen itu lebih dari sebelumnya. Membutuhkan Gadis Tempramen itu untuk membuatnya tetap bertahan di tengah himpitan rasa lelah dan muak yang selama ini dirasakannya. Membutuhkan Gadis Tempramen itu untuk membuatnya tetap bertahan di dunia yang dicintai sekaligus dibencinya. Membutuhkan Gadis Tempramen itu untuk tetap menjadi seorang Cho Kyuhyun dan ‘Super Junior’ Cho Kyuhyun secara bersamaan.
Kyuhyun paham bahwa meskipun So-ra bukanlah gadis impiannya, tapi hanya gadis itulah yang benar-benar ia cintai dan butuhkan. Karena Kyuhyun paham, bahwa cinta itu adalah saat dimana seseorang menemukan orang lain yang bahkan tak mendekati sedikitpun kriterianya, namun orang itu mampu membuatnya jatuh cinta. Dan Kyuhyun paham, orang itu adalah gadis yang saat ini ada dalam pelukannya.
END
[1] Apa yang kau katakan?
[2] Love…Again by Kyuhyun
[3] Apa yang kau lakukan?
[4] Ada apa denganmu? Kau aneh sekali saat ini.
[5] Besan
[6] Mimpi? Mimpi apa? Apa kau takut?
[7] Ya, aku sangat takut.
[8] Apa katamu?
[9] Istriku, aku sangat lapar. Berikan aku nasi.
[10] Tentu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar